Menu ||

Menu X

Part 11 : Sekapur Sirih Resep Kedua, Perihal TV Hitam Putih

Perihal TV Hitam Putih

Sebagai seorang penjaga warnet, saya menemukan kebahagiaan yang unik ketika menerima gaji pertama. Bukannya menghabiskannya untuk keperluan pribadi, saya memilih untuk mengumpulkannya hingga cukup untuk membeli sebuah TV tabung berwarna 21 inci di Malang.

TV ini kemudian saya bawa ke kosan, dan setelah itu saya bawa pulang ke Bondowoso sebagai hadiah untuk orang tua saya. Perjalanan membawa TV dengan bus demi membahagiakan ibu adalah momen yang berkesan.

Saat itu, ibu saya sangat senang menerima TV baru tersebut, meskipun dia masih menganggap TV hitam putih kami yang lama masih cukup baik untuk digunakan. Ibu tetap menggunakan TV hitam putih tersebut meskipun saya kurang suka.

Kehidupan kami cukup sederhana; kakek dan nenek yang sebelumnya membantu ekonomi keluarga kami sudah tidak bekerja, dan nenek masih harus membiayai paman saya yang usianya tidak jauh beda dengan saya dan masih bersekolah.

Kenangan ibu tentang TV hitam putih itu mengingatkan saya pada masa sekolah SD dan SMP, di mana kami hanya memiliki TV hitam putih di rumah. Saya merasa malu setiap kali ada tamu atau teman yang datang, sehingga sering mematikan TV tersebut.

Ibu sebenarnya mampu membeli TV berwarna karena memiliki tabungan dari mengajar dan berjualan. Namun, dia ingin mengajarkan kami untuk bersyukur dengan apa yang ada.

Setelah saya membelikan TV berwarna, TV hitam putih itu akhirnya tidak dipakai lagi. Tindakan ini, meskipun sederhana, adalah cara saya menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada orang tua saya atas segala pengorbanan dan kasih sayang mereka.

Bersambung……

Baca juga artikel tentang Part 10 : Sekapur Sirih Resep Kedua, Niat Bekerja Di PT Telkom

Yang belum membaca part sebelumnya boleh nggih dari Part 1: Sekapur Sirih, Beban Menjadi Tantangan

Part 11 : Sekapur Sirih Resep Kedua, Perihal TV Hitam Putih

Contact

Artikel Lainya